06 April 2009

Say No To Megawati

Dua hari lalu saat saya bergabung dengan grup ini, anggotanya baru 30ribu. Hari ini saya cukup takjub karna jumlah anggota udah meningkata lebih dari dua kali lipat yaitu mencapai 73ribu.

Tapi ada yang membuat saya lebih takjub dibanding penambahan jumlah angota grup ini yang begitu cepat, yaitu berita di kompas.com (06/04). Sekjen PDI-P, Pramono Anung, menyatakan bahwa keberadaan grup dalam Facebook itu merupakan bagian dari upaya mendiskreditkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Beliau juga akan segera melaporkan komunitas itu kepada pengawas pemilu. "Pasti itu merupakan black campaign yang dilakukan dengan sangat terbuka. Dalam UU Pemilu, pelaku bisa diancam pidana pasal 270 dengan hukuman 24 bulan. Kami meminta Bawaslu menyikapi hal ini karena ada upaya mengadu domba," kata Pramono saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Sungguh reaksi yang sangat tidak berjiwa besar. Sebagai pimpinan partai besar seharusnya beliau bisa menerima kritik dari masyarakat. Bukankah PDI-P selalu mengatakan kalau mereka adalah partainya wong cilik yang selalu mendengarkan aspirasi rakyat. Lalu mengapa tidak mau dikritik.

Padahal Bu Mega sendiri pun dalam kampanyenya selalu mengkritik pedas tentang kepemerintahan saat ini. Bukannya karena saya pendukung SBY kalau saya menulis ini. Akan tetapi, saya geram aja pada apa yang telah terjadi di Negara ini. Dalam kampanyenya selalu menyindir SBY, katanya merendahkan harga diri rakyat dengan BLT, membodohi rakyat dengan BLT, pemerintah SBY seperti yoyo, dll.

Bukan hanya kata-katanya yang tak pantas keluar dari seorang yang mengaku pantas jadi pemimpin bangsa ini, tapi sikap yang plin plan juga membuat saya tertawa sinis melihatnya. Setelah mengkritik kebijakan BLT, tak lama kemudian muncul iklan dengan kalimat yang diucapkan dengan polosnya oleh wong cilik, “Terimakasih saya telah menerima BLT”. Upps seakan-akan BLT itu hasil kerja PDI-P. Bukankah itu pembodohan pada wong cilik. Selain itu mereka juga menyatakan tentang pengawasannya terhadap pembagian BLT. Kok ya pede toh ngaku-ngaku. BLT udah turun 3 kali, nah baru turun sekali aja kok ya bangga dan gembar gembor.

Seandainya dulu pada masa pemerintahan Bu Mega, beliau bisa menghasilkan sesuatu yang berarti mungkin gak akan ada gerakan anti-mega ini. Seharusnya Ibu Mega maupun para pendukung PDI-P bisa menerima kritik-kritik ini dengan jiwa besar. Bukannya malah menuduh kalau grup ini adalah bagian dari black campaign. Seharusnya adanya grup ini bisa dijadikan bahan instropeksi diri.

Kata-kata kasar dan kurang sopan yang muncul dalam grup itu adalah isi hati wong cilik juga yang harus dihargai. Seseorang yang menanam kebaikan tentu akan menuai kebaikan pula. Jadi kalau sikap dan kata-kata Bu Mega maupun PDI-P tidak menyakiti rakyat, gak akan mungkin akan muncul gerakan semacam ini.

Tentang reaksi Pramono Anung yang akan melaporkan komunitas grup ini pada Banwaslu dengan menggunakan UU Pemilu pasal 270 dimana pelaku bisa diancam pidana dengan hukuman 24 bulan, menurut saya itu sungguh tidak bijak. Sekali lagi grup itu hanya sarana menyalurkan aspirasi. Bukankah kita memang berhak menyuarakan aspirasi kita. Kalau belum jadi presiden saja sudah mau main cekal karena tak mau dikritik, bagaimana nanti kalau sampai jadi presiden???? Bisa jadi kita akan kembali pada masa lalu dimana kita tak bisa bebas menyampaikan pendapat kita.